Pensiun atau menjadi tua sama dengan meraih kebahagiaan dan menikmati kesuksesan hidup bersama keluarga, apakah itu benar?
Hidup sukses dan bahagia merupakan impian setiap orang. Tuntutan hidup di masa muda dalam mencari uang dan menafkahi keluarga, rupanya telah membuat orang-orang memimpikan masa tua yang lebih bahagia. Mereka berpikir bahwa dengan memiliki banyak waktu ketika pensiun nanti, mereka dapat menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga dan menjadi lebih bahagia. Bahkan, kata orang-orang, kebahagiaan tersebut akan terasa berlipat ganda bila kita melihat anak dan cucu kita hidup dengan sukses karena nafkah yang telah kita perjuangkan di masa muda.
Namun, mengapa masih banyak orang lanjut usia yang menderita depresi?
World Health Organisation (WHO) mencatat bahwa depresi ditemukan pada 7% populasi lanjut usia di seluruh dunia [1]. Akan tetapi, mirisnya, depresi pada populasi lansia sering sekali tidak terdiagnosis dan alhasil, tidak diobati. Hal ini tentunya menggarisbawahi kemungkinan underestimation dari prevalensi depresi pada lansia yang dicatat oleh WHO.
Ternyata hal itu benar! Penelitian independen yang dilaporkan beberapa negara menghasilkan angka prevalensi depresi pada lansia yang jauh lebih tinggi. Contohnya, 24,4% di Bali Indonesia (2015) [2], 21,9% di India (2011) [3], dan 19,8-33,5% di Jepang (2005) [4]. Hal ini menandakan, di Indonesia sendiri, sekitar 1 dari 4 lansia yang kita temui sehari-harinya menderita depresi. Bahkan, angka ini meningkat sangat jauh di Korea Selatan hampir 3 kali lipat, yaitu sebesar 63%, pada lansia yang hidup seorang diri [5].
Dengan meningkatnya angka harapan hidup negara di seluruh dunia, jumlah populasi lansia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015, populasi lansia sudah menduduki 12% populasi di dunia. Angka ini diprediksi akan terus meningkat hingga 2 kali lipat pada tahun 2050 [1].
Ini juga berarti angka depresi pada lansia akan terus meningkat setiap tahunnya.
Tingginya kejadian depresi pada lansia tentunya berimbas pada penurunan kualitas hidup populasi lansia. Penurunan kualitas hidup ini dapat dirasakan secara psikis maupun fisik. Depresi pada lansia dapat menyebabkan gangguan fisik yang berarti, mulai dari penurunan nafsu makan serta malnutrisi, gangguan fungsi kognitif hingga dementia, dan sebagainya (dibahas pada artikel: “Depresi pada Lanjut Usia, Normalkah?”). Hal-hal tersebut tentunya membuat lansia menjadi lebih rentan lagi terhadap berbagai penyakit dan akhirnya menyebabkan penurunan kualitas hidup bertahap yang dapat berimbas terhadap kematian prematur dari lansia itu sendiri.
Padahal, depresi pada lansia dapat dicegah dengan mudah oleh campur tangan kita sebagai generasi yang lebih muda. Cukup temani mereka menghadapi kondisi stress dalam hidupnya (seperti kehilangan orang yang dikasihi, orang yang dikasihi sakit kronis) [6], sering kunjungi dan berkomunikasilah kepada mereka, jangan terlalu sibuk dengan urusan kerja maupun keluarga pribadi, libatkan mereka selalu dalam urusan rumah tangga sebisa mungkin. Untuk membaca lebih lanjut mengenai dos and don'ts ketika menghadapi lansia dengan depresi, kunjungi artikel kami "5 Hal Jitu yang Dapat Kamu Lakukan Ketika Lansia Depresi."
Apakah anda masih berpikir bahwa depresi pada lansia bukan merupakan suatu masalah?
Mari perkaya ilmu pengetahuan untuk melindungi dan mencegah terjadinya depresi pada orang-orang terdekat kesayangan Anda! Gali informasi lebih dalam tentang kesehatan mental para lansia di @go.elderly!
Referensi:
Mental health of older adults [Internet]. [cited 2020 Oct 8]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-of-older-adults
Prabhaswari L, Luh Putu Ariastuti N. GAMBARAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETANG I KABUPATEN BADUNG BALI 2015 [Internet]. Available from: http://isainsmedis.id/ojs/
Barua A, Ghosh MK, Kar N, Basilio MA. Prevalence of depressive disorders in the elderly: Systematic review. Ann Saudi Med [Internet]. 2011 [cited 2020 Oct 8];31:620–4. Available from: www.saudiannals.net
Lee Y, Shinkai S. Correlates of cognitive impairment and depressive symptoms among older adults in Korea and Japan. Int J Geriatr Psychiatry [Internet]. John Wiley & Sons, Ltd; 2005 [cited 2020 Oct 8];20:576–86. Available from: http://doi.wiley.com/10.1002/gps.1313
Kim J-I, Choe M-A, Chae YR. Prevalence and Predictors of Geriatric Depression in Community-Dwelling Elderly. Asian Nurs. Res. (Korean. Soc. Nurs. Sci). 2009.
Cuijpers P, Smit F, Patel V, Dias A, Li J, Reynolds CF. Prevention of depressive disorders in older adults: An overview. PsyCh J. 2015;4:3–10.
Comments