top of page

Pentingnya Upaya Pencegahan Gangguan Kognitif Pada Lansia

Thalita Avifah Yuristiana

Pada zaman ini, terjadi peningkatan angka harapan hidup yang cukup signifikan di berbagai negara di dunia. Data secara keseluruhan menunjukkan angka harapan hidup di tahun 1950 adalah 46 tahun, dan pada tahun 2009 angka ini meningkat pesat menjadi 69 tahun. Diprediksi bahwa angka harapan hidup akan mencapai 75 tahun pada tahun 2020. (Population Reference Bureau, 2009)


Peningkatan angka harapan hidup ini berkontribusi pada peningkatan populasi lanjut usia (lansia). Lansia adalah sebutan bagi mereka yang tengah mengalami proses penuaan. Proses menua pada manusia adalah hal yang lazim dialami oleh setiap orang karena pada dasarnya seseorang melalui 3 tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.


Proses penuaan akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Perubahan-perubahan sebagai akibat proses menua (aging process), meliputi perubahan fisik, mental, spiritual dan psikososial. Nah, untuk itu kita harus tahu bahwa terdapat 3 perubahan yang terjadi pada seorang lansia, yaitu perubahan fisiologis, perubahan perilaku psikososial dan perubahan kognitif. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, sulit berkonsentrasi, melambatnya proses informasi sehingga dapat mengakibatkan kesulitan berkomunikasi. (Myers, 2008)


Pada proses menua, otak akan mengalami perubahan fungsi, termasuk fungsi kognitif berupa sulit mengingat kembali, berkurangnya kemampuan dalam mengambil keputusan dan bertindak menjadi lebih lamban. Untuk itulah gangguan kognitif juga sering disebut kepikunan.



Gangguan kognitif merupakan salah satu masalah kesehatan lansia. Gabungan kognitif bisa berbentuk kepikunan atau bahkan demensia. Fungsi intelektual yang terganggu merupakan masalah paling serius dalam proses penuaan yang akan mengakibatkan lansia sulit untuk hidup mandiri. Tak hanya itu, gangguan intelektual juga meningkatkan risiko terjadinya demensia sehingga lansia akan mengalami gangguan perilaku dan penurunan kualitas hidup. Ironisnya, gangguan kognitif ini masih kerap kali diabaikan.


Menurut World Health Organization, seseorang dikatakan mengalami penurunan fungsi kognitif. Ada banyak sekali contohnya. Salah satunya adalah demensia atau kepikunan. Demensia dapat dapat terlihat jika menunjukkan 3 atau lebih dari gejala-gejala berupa gangguan dalam hal diantaranya, perhatian (atensi), daya ingat (memori), orientasi tempat dan waktu, serta kemampuan konstruksi dan eksekusi (seperti mengambil keputusan, memecahkan masalah) tanpa adanya gangguan kesadaran. Gejala-gejala tersebut bisa disertai gangguan emosi dan gangguan kecemasan.


Perlu diketahui bahwa 35,6 juta orang hidup dengan demensia di seluruh dunia. Angka ini akan mencapai dua kali lipat setiap 20 tahun. Angka ini akan diprediksi senantiasa berkembang eksponensial. Di Indonesia, prevalensi kejadian demensia per 1000 orang pada tahun 2005 adalah 191,4 insiden. (Population Reference Bureau, 2009) Angka yang cukup tinggi, bukan?

Penurunan fungsi kognitif dengan gejala sindroma demensia, akan berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari lansia yang bersangkutan. Lansia dengan demensia sering lupa makan dan minum, atau makan dan minum diluar jam makan, serta kurang memperhatikan kualitas makanannya (misalnya makanan yang sudah berjamur). Kebutuhan dasar lain seperti kebutuhan eliminasi, keamanan dan keselamatan, komunikasi dan sebagainya juga akan mengalami hal yang serupa.


Secara umum sindrom demensia memang tidak dapat disembuhkan, namun jika kita tahu cara mengatasinya dengan cara yang tepat tentu saja bisa mengurangi dan meredakan berbagai gejala yang terjadi, dan akan mempengaruhi bahkan memperkecil kemungkinan terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Melansir dari Syafrita (2010), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi demensia pada lansia diantaranya:


  1. Terapi stimulasi kognitif. Salah satu upaya untuk membantu lansia yang mengalami gangguan demensia adalah terapi stimulasi kognitif yang menstimulasi daya ingat dari seseorang yang terkena gangguan demensia. Tujuannya adalah supaya lansia tersebut memiliki kemampuan pemecahan masalahnya dan melatih kemampuan berkomunikasi. Jika berhasil, terapi stimulasi kognitif dapat meredakan disorientasi pikiran bahkan meningkatkan kepercayaan diri.

  2. Terapi perilaku. Hal yang dapat dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan terapi perilaku. Perlu diketahui bahwa demensia memiliki gejala yang hampir sama dengan gejala alzheimer. Sehingga terapi ini membantu menekan adanya perilaku impulsif dan gangguan depresi pada seseorang yang terkena demensia.

  3. Menggunakan beberapa obat-obatan. Obat-obatan juga bisa menjadi salah satu cara mengatasi gangguan kognitif pada lansia. Contoh obat yang dapat membantu adalah acetylcholinesterase inhibitors. Walaupun begitu, konsumsi obat ini harus berdasarkan resep dokter karena efek samping yang ditimbulkannya dapat menimbulkan penyakit lain.

  4. Terapi okupasi. Terapi lain yang dapat dilakukan untuk melawan gangguan kognitif adalah terapi okupasi. Pada terapi ini, lansia diarahkan untuk melakukan aktivitas yang seperti biasanya. Selain itu dengan terapi yang satu ini juga bisa mengajarkan untuk bisa lebih mengontrol emosi juga mencegah perkembangan demensia menjadi jauh lebih parah lagi.

  5. Terapi validasi. Melalui cara ini, lansia diberikan pemahaman mengenai kondisi yang dialaminya. Hal ini berguna untuk menghindarkan dirinya dari gangguan depresi. Tak hanya itu, terapi ini juga dapat dilakukan untuk menghilangkan kegelisahan dan kecemasan yang kerap dialami oleh lansia.

  6. Beraktivitas seperti biasa. Pencegahan gangguan kognitif selanjutnya membutuhkan bantuan keluarga agar mampu mendorong lansia beraktivitas seperti biasanya. Melakukan aktivitas seperti biasa juga bisa dijadikan sebagai cara untuk mengurangi gejala dari demensia. Ketika melakukan kegiatan seperti biasa, maka otak dapat dilatih dan juga dapat meningkatkan kestabilan kesehatan otak. Contohnya melakukan berjalan kaki dan lain sebagainya.

  7. Mengkonsumsi makanan seimbang. Mengkonsumsi makanan sehat dan juga seimbang tentu sangat dibutuhkan untuk mengatasi terjadinya demensia pada usia lansia, misalnya saja dengan mengkonsumsi asupan makanan kaya omega 3 dan juga asam folat sehingga bisa membantu mengembalikan fungsi otak dan juga menjaga kesehatan otak.

  8. Kurangi merokok. Merokok menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan pada otak. Sehingga, berhenti merokok adalah cara yang dapat dilakukan guna menghambat gangguan intelektual.

  9. Latihan membuat catatan harian. Catatan harian ini berisi kegiatan atau aktivitas sehari-hari mengenai apa yang sudah dilakukan oleh lansia dengan demensia. Jika suatu saat Anda merasa lupa dengan apa yang sedang dilakukan, catatan tersebut bisa menjadi pedoman.

  10. Terapi psikologi. Terapi psikologi bermanfaat meningkatkan kecerdasan otak dan juga membuat penderita demensia menjadi jauh lebih baik dari sisi masalah kesehata. Lebih kepada memberikan bantuan kepada para lansira. Dengan didukung keluarga dan pola hidup yang sehat juga bisa sangat membantu kemunduran daya ingat yang terjadi pada penderita demensia.





Referensi:

  1. Myers, J. S. (2008). Factors associated with changing cognitive function in older adults: Implications for nursing rehabilitation. Diperoleh tanggal 30 Juni 2014 dari http://search.proquest.com/docview/21831 1907.

  2. Syafrita, Y. (2010). Penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut. Padang: Bagian Neurologi FK Unand RS DR M. Djamil.

  3. Population Reference Bureau. (2009). World Population Data Sheet. Washington [diakses 1 September 2018]. Diunduh dari: URL : https:// assets.prb.org/pdf09/09wpds_eng.pdf

  4. WHO. (2013). Prevalences of dementia and cognitive impairment among older people in sub-Saharan Africa: A systematic review. Diperoleh tanggal 6 Januari 2014 dari http://www.who.int/bulletin/volumes/91/1 0/13-118422/en/.


Recent Posts

See All

Comments


Subscribe Form

Thanks for submitting!

+6281378253185

©2020 by Go-Elderly. Proudly created with Wix.com

bottom of page